Bali

Crazy Circumstances That Could Happen on a Girl's Trip

08.08



Traveling bareng sob cewe kamu pasti jadi keseruan tersendiri yang ngangenin banget. Karena selalu ada perjuangan di balik postingan muka-muka haha hihi, momen buang-buang duit dan buang waktu buat hal-hal yang gak terlalu penting, atau cuma sekedar senang-senang ga ada faedahnya aja.But that's what makes us feel alive! Banyak cerita dari kegilaan-kegilaan dan keseruan yang gak pernah kita bayangkan, misalnya hal-hal seperti ini nih...





Live

Is It Love?

08.49

There is this time when you are too in love, and you just don't know what it is..


Sometimes it is when dark become bright..


It is when you go to the darkest you realize that there's a light that never goes out..

It is all you need but you still can't have enough of it..

It is something in life that could never forgotten..

It is when you have the right one but still find a perfect one..

It is when you could forgive, but would never forget..

It is when you give him everything but you got nothing.. 

It is when you hurt but you cannot let go..

It is either need or maybe addict..

It is out of your mind, but your sense says he's the one.. 

It is the time when you watch him sleeping just to make sure that he's breathing..

It is the moment when pain is your daily bitter pills..



It is when you accept and never regret.. 




Journey

Every Scar Has Its Own Story

04.53

Manusia memang terlahir tidak sempurna, apalagi fisik saya yang selain jauh dari sempurna, juga penuh codet dimana-mana. Selain punya kulit yang sangat sensitif terhadap nyamuk dan bahan-bahan kimia, codet-codet di kulit saya juga merupakan hasil dari aksi entah petakilan atau kecerobohan. Tapi hikmahnya adalah, setiap melihat bekas-bekas luka yang membuat diri saya semakin tidak sempurna ini, ada moment yang selalu saya ingat. Dari ujung kepala sampai ujung kaki, setiap luka meninggalkan cerita.



Trying to Conceive Means Trying to Accept

10.37

Tulisan ini dibuat untuk kalian para wanita yang sedang berjuang untuk menghasilkan keturunan. Well hey, you're not alone!


TTC atau Trying to Conceive biasa disebut oleh pejuang-pejuang seperti kita ketika menjalani proses-proses dalam memperbaiki kesuburan. Saya sendiri belum pernah dengar sebelum saya menjadi pejuang itu sendiri. Perjuangan saya mungkin belum sekeras dan sepanjang kalian-kalian yang sudah menikah bertahun-tahun lamanya dan belum menghasilkan keturunan. Sedikit ingin berbagi, dan berharap memberi energi positif bagi kalian yang sedang putus asa dalam berjuang. :)

Perjuangan TTC saya dimulai ketika memasuki tahun kedua perkawinan saya. Ketika menikah, saya dan suami memang sudah sepakat untuk menikmati hidup berdua selama setahun baru memiliki anak di tahun selanjutnya. Tapi manusia memang hanya bisa berencana, Tuhan yang menentukan. 

Mei 2014

Saya dan suami memutuskan untuk (pertama kalinya) ke Dokter kandungan setelah hampir 3 bulan haid tak kunjung tiba, dan tespack tak kunjung 2 garis. Dari cerita-cerita teman dekat, Dr. Aswin Sastrowardoyo (and yes, dia masih sodara dr Dian Sastro lebih tepatnya Om dr Dian Sastro) sepertinya Dokter yang sabar dan enak diajak konsultasi. Datanglah saya dan suami ke RS Puri Cinere dimana Dokter Aswin praktek. Sebelumnya Dokter Aswin juga praktek di RS Fatmawati, namun ternyata tahun ini baru saja pensiun. 

Setelah menceritakan latar belakang kesehatan dan kebiasaan saya dan suami, Dokter Aswin melakukan USG Transvaginal untuk melihat lebih jelas telur-telur saya. Dari hasil USG terlihat banyak telur-telur saya yang kecil-kecil tidak matang. Ternyata itulah yang membuat haid saya tidak lancar. Dengan bahasa awam dan dibantu dengan corat-coretan gambar, Dokter Aswin menjelaskan apa yang terjadi. Sampai akhirnya saya dan suami paham apa yang dimaksud dengan PCO atau Polycystic Ovary. 

Dokter Aswin tampaknya salah seorang penganut positif thinking dan sangat berhati-hati dalam memvonis ataupun mengambil tindakan. Dari hasil konsultasi, Dokter Aswin hanya memberikan saya obat yang harus diminum pada hari ke-5 haid, yaitu Profertil 50mg. Disarankan pada hari ke-14 setelah haid konsul kembali untuk melihat kondisi telur setelah dissuport dengan obat.



Berikut rincian biaya untuk RS Puri Cinere:
Jasa Dokter -> Rp 200.000
Administrasi -> Rp 40.000
USG Transvaginal -> Rp 243.000
Profertil -> Rp 92.000

Juli 2014

Hampir dua bulan sudah dari terakhir kali saya ke Dokter, haid saya pun belum juga tiba. Antara resah dan bertanya-tanua, karena belum pernah sebelumnya haid saya tidak datang selama ini. Sempat sedikit GR juga, tetapi harapan itu dihancurkan oleh fakta bahwa hasil testpack masih 1 garis. 

Pertanyaan selanjutnya yang timbul adalah: apakah saya harus ke Dokter kandungan khusus Fertilitas, atau kembali ke Dokter Aswin lagi? 

Karena saya tidak ingin membuang-buang waktu lagi, saya dan suami memutuskan untuk konsul ke Dokter khusus Fertilitas. Sebelumnya Mama saya sudah menyarankan untuk ke Dr. Agus Surur yaitu Dokter khusus Fertilitas di RS Fatmawati. Tapi entah dengar kata Fatmawati kok ada bayang-bayang suster yang judes, dan antrian pagi hari yang mengular. Setelah cari-cari tahu, ternyata Dr. Agus Surur juga prakter di RSIA Hermina Ciputat. Kebetulan saya dan suami juga berpikir untuk pindah RS swasta yang lebih murah dari RS Puri Cinere.

Datang lah saya dan suami ke Dokter Agus. Selain RSIA Hermina di Ciputat masih terhitung RS baru, jadwal praktek Dokternya pun cocok di hati. Kami pilih jadwal Dokter Agus di hari Sabtu sore. 

Pertama bertemu dengan Dokter Agus kesan pertama adalah, kok beda yah dengan Dokter Aswin yang suka mengajak ngobrol pasien. Dokter Agus bisa dibilang sangat pendiam dan pasif. Karena kalau kita tidak bertanya dia tidak akan menjelaskan, penjelasannya pun tidak sejelas cara Dokter Aswin menjelaskan. 

Setelah menjelaskan latar belakang saya dan suami, mulailah dilakukan USG Transvaginal. Dari hasil USG oleh Dokter Agus, ternyata mengejutkan! Tiba-tiba terlihat ada pembesaran di saluran tuba kanan saya yang disebut Hydrosalpinx. Menurut penjelasan Dokter Agus, Hydrosalpinx adalah adanya pembesaran berisi cairan yang menutup jalannya sel telur menuju rahim. Sehingga telur-telur yang berada di Ovarium kanan saya tidak dapat keluar untuk dibuahi oleh Sperma.



Saya dan suami cukup shock dengan mengetahui ternyata bukan hanya PCO yang saya hadapi tetapi juga penyumbatan pada saluran tuba kanan. Belum lagi fakta-fakta yang Dokter Agus katakan bahwa sekalipun kedua saluran tuba sudah tidak paten, masih tetap bisa hamil melalui bayi tabung. Well hey, satu gak paten bukan berarti yang lain gak berfungsi kan? Just give us a hope a not worse case. 

Dari hasil konsultasi, Dokter Agus memberikan obat supaya haid dan disarankan datang kembali pada hari ke-5 haid. Untuk kasus Hydrosalpinx belum ada tindakan apapun dari Dokter Agus.

Rincian biaya di RSIA Hermina:
Jasa Dokter -> Rp 160.000
Administrasi -> tidak ada
USG Transvaginal -> Rp 247.000


Agustus 2014

Setelah haid dengan induksi, di support dengan Profertil. 14 hari setelah haid saya dijadwalkan konsul lagi ke Dokter Agus untuk cek telur. Dari hasil cek telur ternyata ada satu telur yang sudah matang (karena di support Profertil) di indung telur sebelah kiri. Menurut Dokter Agus, itu peluang yang bagus. Karena kalau telur yang besar ada di indung telur kanan, maka kemungkinan telur bertemu dengan sperma sangat kecil karena adanya Hydrosalping di kanan.

Setelah cek telu Dokter Agus memberi rujukan untuk cek gula darah dan insulin untuk mengetahui sebab dari PCO saya. Untuk Hydrosalping, Dokter Agus memberi obat antibiotik.

September 2014

Setelah hasil laboratorium saya di analisa, ternyata PCO saya bukan berasal dari hormon insulin yang berlebihan. Selanjutnya Dokter Agus menyarankan saya untuk HSG (Hydrosonography) yaitu  foto rontgen sambil memasukan cairan ke dalam kedua saluran telur. Untuk HSG ini harus dijadwalkan, yaitu (kalau tidak salah) hari ke-12 setelah haid. Dan harus puasa berhubungan selama 5 hari. Selain itu, suami saya juga dirujuk untuk cek sperma. Untuk cek sperma juga diharuskan puasa berhubungan maksimal 2 hari, tidak boleh lebih.

Sebelum melakukan tes HSG, saya sempat mencari tahu seperti apa tes HSG itu. Dari hasil gugling, ada yang bilang sakit dan ada juga yang bilang tidak sakit. Cukup parno memang.

Di hari H dimana saya dijadwalkan untuk HSG, suami saya tidak bisa ikut, sebagai support saya meminta Mama untuk menemani. Sebelum memasuki ruangan Radiologi, seorang suster memberi nota pembayaran dan resep obat yang harus ditebus saat itu juga. Ternyata obat yang harua saya tebus adalah obat pengurang rasa sakit. Bentuk obatnya seperti peluru runcing dan agak besar. Setelah memberikan obat tersebut ke suster, saya disuruh masuk ke ruang radiologi dan membuka celana. Dalam posisi tengkurap, suster memasukkan obat tadi ke dalam anus saya. >.<  Karena diberi sedikit lubricant dan keahlinan suster, obat sebesar peluru itu berhasil masuk ke anus saya tanpa ada rasa sakit sedikitpun. Obat ditunggu untuk bereaksi sekitar 20-45 menit.

Setelah sekitar 45 menit saya dipanggil masuk lagi ke ruang Radiologi. Dan Mama diperbolehkan masuk juga untuk melihat prosesnya. Saya disuruh tiduran diatas tempat tidur keras yang transparant, lalu posisi kaki mengangkang terbuka. Tidak lama Dokter Radiologi mulai 'bekerja'. Sebuah alat dimasukan ke vagina agar bisa terbuka lebih lebar, supaya bisa masuk sebuah kateter yang lebih mirip seperti balon panjang. Setelah semua masuk, barulah disuntikan cairan ke dalam kateter sambil foto rontgen berlangsung. 

Proses fotonya sih hanya memakan waktu kira-kira 10 detik. Lebih lama proses memasukan alatnya. Ketika cairan masuk, ada rasa ngilu seperti hari pertama menstruasi di bagian kiri. Tapi tidak terasa apa-apa di bagian kanan saya. 

Kurang lebih 30 menit hasil rontgen HSG pun sudah bisa diambil. Sempat menilik gambarnya tapi entahlah gak terlalu paham. Sempat syiok juga membaca kertas hasil jawaban dari Dokter Radiologi, terdapat tulisan "Non Paten" di salah satu tuba saya. :( 

Biaya HSG di RS Hermina: Rp. 1.113.000 (sudah termasuk biaya Dokter Radiologi dan obat yang dimasukkan ke anus)

Seminggu setelah saya melakukan HSG, suami saya pun melakukan cek sperma. Untuk cek sperma, diharuskan "puasa" berhubungan 2 hari sebelumnya. Tapi juga tidak boleh lebih dari 5 hari puasanya. Sebelum cek sperma kami sempat terbayang-bayang menggelikan bagaimana suami saya harus "mengeluarkan" spermanya di laboratorium. Ternyata tidak seperti yang dibayangkan, untuk cek sperma suami dan saya diberi satu ruangan kamar rawat inap untuk proses "mengeluarkan" sperma (hihi.. ). Tapi karena grogi, suami saya memilih "mengeluarkan" sendiri di kamar mandi kamar. Huufftt..

"Normozospermia" itu lah yang saya baca dari hasil cek sperma suami saya. Karena deg-degan dan penasaran, sebelum memberikan hasilnya ke Dokter Agus, saya sudah gugling duluan arti "Normozospermia" itu. Alhamdulillah ternyata hasil gugling berkata bahwa itu artinya sperma suami saya normal.. Hihi..

Biaya cek sperma di RS Hermina: Rp. 215.000


Oktober 2014

Dokter Agus menyarankan saya untuk mencoba terapi "Diathermy". Terapi ini sebenarnya bagian dari Fisioterapi, prosesnya hanya menghangatkan bagian perut untuk mencairkan cairan yanh terdapat di saluran tuba.

Sebelum terapi saya sempat survey biaya dulu. Ternyata di RS Hermina hanya memiliki alat Diathermy MWD, sedangkan untuk kasus saya perlu alat yang bisa menjangkau panas hingga lebih dalam lagi yaitu dengan alat SWD. Sempat menghubungi beberapa RS untuk menanyakan hal ini sekaligus survey biaya. Akhirnya keputusan jatuh ke RS Fatmawati. Karena selain lokasi yang dekat dari rumah, biayanya juga sangat murah. Dengan rujukan dari Dokter Agus di RS Hermina, saya dirujuk lagi untuk konsul ke Dokter Rehab Medik. Dokter Rehab Medik yang menentukan berapa kali saya harus melakukan terapi. Barulah saya dirujuk untuk 10x terapi setiap hari berturut-turut (kecuali hari Minggu).

Biaya terapi Diathermy (per kedatangan);
RS Fatmawati Rp 39.000 (untuk terapi pagi 08:00-12:00
                      Rp 90.500 (untuk terapi siang 14:00-17:00 atau Sabtu 08:00-12:00)

RS Puri Cinere Rp 75.000
RS Mayapada Rp. 100.000 (belum termasuk biaya adm RS)


November 2014:

10x bolak-balik RS Fatmawati sudah khatam saya lakukan. Setelah hari ke-5 terdapat semacam cairan keputihan yang keluar, tapi tidak terlalu banyak. Seminggu setelah selesai terapi saya kembali konsul ke Dokter Agus. Setelah dilihat dari USG Transvaginal, terlihat Hydrosalping saya mengecil. Dokter Agus tidak menyarankan saya untuk melanjutkan terapi, tetapi hanya memberikan obat antibiotik. Kali ini Dokter Agus memberikan obat dengan dosis yang menurutnya lebih tinggi. Dan tentu saja ternyata harganya pun lebih mahal. 

Untuk obat CEFILA (Cefixime 200mg) 15 butir sekitar Rp 420.000


December 2014:

Akhir tahun semakin dekat, saya sudah hampir frustasi dengan Dokter Agus yang hanya memberi saya obat dan obat lagi. Why should i took a bitter pills while others just enjoy their sweet life. Tak jarang saya menangis di malam hari menyalahkan dunia yang tidak adil ataupun meratapi nasib ketika mendengar seseorang teman atau kerabat yang positif hamil. Sementara saya masih belum tahu apakah saya bisa hamil atau tidak. Beberapa acara 4 bulanan tidak saya hadiri karena tidak dapat menerima kenyataan bahwa mereka-mereka belum setahun menikah dan kini sudah bisa merayakan 4 bulanan?

Life is so unfair sometimes, but there's no other way than just fight for it.

Suatu hari saya memutuskan untuk mencoba second opinion dari Dokter lain. Di RS Hermina, Dokter khusus fertilitas selain Dokter Agus adalah Dr. Djoko Sekti Wibisono SPOG,K.Fer. Namun respon Dokter Djoko jauh dari yang saya harapkan. Sedikit shock juga dengan cara konsultasi Dokter Djoko yang tidak ramah. Lebih tepatnya saya dimarahi karena menurutnya program hamil tidak boleh ganti-ganti Dokter. Menurut Dokter Djoko, kasus Hydrosalping ini tidak ada solusi lain selain operasi dan dipotong bagian yang infeksi. Dokter Djoko juga seakan menyalahkan kenapa saya tidak meminta penjelasan lebih ke Dokter Agus tentang penyebab PCO saya. Tentunya saya sebagai pasien hanya orang awam yang akan percaya saja apapun yang Dokter saya katakan. 

Jawaban dari hasil konsultasi dengan Dokter Djoko adalah bahwa dirinya tidak sepakat dengan program Dokter Agus yang menggunakan cara konvensional dalam menangani Hydrosalping. Karena menurutnya di seluruh dunia mana pun Hydrosalping ini tidak akan sembuh kalau tidak dengan operasi. 

Dokter Djoko seakan menghancurkan harapan saya dan membuang sia-sia segala usaha yang sudah saya lakukan sejauh ini. Sepulang dari RS, saya mengurung diri di kamar dan tidak henti-hentinya menangis. 

     -------


Mendengar kata OPERASI hal pertama yang ada di kepala adalah MAHAL. Sempat survey di RS Hermina, untuk operasi Laparoscopy ini harga paketnya mulai dari Rp 12jt - 27jt tergantung dari kelas kamar yang diambil.

Tentunya sekarang ini saya tidak punya cukup biaya untuk itu, dan mencoba alternatif ke RS Fatmawati selain berharap bisa lebih murah, Dokter Agus pun praktek di sana. Saya sangat bersyukur karena bekas tetangga saya bekerja di RS Fatmawati. Dialah yang menyarankan saya untuk memanfaatkan BPJS saya. Menurutnya operasi Laparoscopy itu bisa dicover oleh BPJS. Tapi yaa.. Yang namanya GRATIS tentunya perlu perjuangan.

Untuk bisa berobat dengan BPJS di RS Fatmawati, sebagian orang sampai harus mengantri ambil nomor dari sehabis subuh. Sekali lagi saya sangat bersyukur mengenal seseorang yang bekerja di sana. Saya cukup datang sebangunnya saya (tanpa perlu mengambil nomor) lalu masuk ke ruangan Dokter ketika nama dipanggil. Entah mungkin sudah takdir atau memang Allah perlahan menjawab Doa saya, tiba-tiba ketika saya memasuki ruangan Dokter Agus, sudah ada Dokter lain yang menggantikan Dokter Agus yang sedang ada operasi. Dr. Malvin Emeraldi, SPOG langsung memperkenalkan diri ketika saya memasuki ruangannya. Dari cara memperkenalkan diri sudah terlihat Dokter Malvin orangnya sangat komunikatif. Dan auranya sangat positif, sehingga saya sebagai pasien pun tiba-tiba bahagia bagaikan menemukan secercah harapan. Dari awalnya hanya menggantikan Dokter Agus, saya dan suami langsung memutuskan untuk melanjutkan konsultasi ke Dokter Malvin saja. Karena pindah Rumah Sakit, saya sudah siapkan semua data dan hasil check2 yang pernah dilakukan. 

Ketika saya mengutarakan bahwa ada saran dari dua dokter sebelumnya bahwa kasus Hydrosalpinx saya ini perlu dilakukan tindakan operasi Laparoscopy, karena dengan terapi sebelumnya tidak ada perubahan. Dokter Malvin pun setuju, kemudian saya dijadwalkan untuk operasi. Karena melalui RS negri dan fasilitas BPJS, untuk operasi ini perlu mengantri sekitar 3 bulan. Sementara harapan saya dan suami bisa segera melakukan operasi agar segera bisa "mencoba" lagi. 

Memang proses program ini benar-benar memerlukan kesabaran lebih. Selain sabar menanti, kesabaran kita sebagai suami istri juga diuji ketika mendengar berita orang lain yang belum lama menikah sudah terlebih dahulu hamil. Tak jarang mood saya terpuruk dan menangis meraung-raung setelah mendengar kabar-kabar tersebut. Merasa dunia tidak adil adalah pikiran yang seringkali terlintas. 

Saya pertama kali konsultasi ke Dokter Malvin langsung memutuskan "Oke, this is it!" Seperti mendapat energi positif dan kembali semangat berjuang. Sambil menunggu antrian operasi, syarat-syarat check up sebelum operasi saya jalanin satu per satu. Mulai dari cek darah, cek urine, rontgen dada, sampai konsul ke dokter jantung, anastesi, dll. Total hasil check up saya sekitar Rp 700.000 lebih, dan tak sepeser pun uang yang keluar karena saya menggunakan BPJS. T_T  *terharu..*


Februari 2015

Tiba saat jadwal operasi saya tiba. Jadwal operasi saya pada 27 Februari yaitu hari Jumat, dan saya harus masuk kamar perawatan sehari sebelumnya. Ternyata mencari kamar kelas 1 (sesuai dengan kelas BPJS saya) tidak semudah yang dibayangkan. Sejak adanya fasilitas BPJS, kamar kelas 1 sekarang seringkali penuh. Saya beruntung punya kenalan yang bekerja di Fatmawati, jadi bisa memesan kamar kelas 1 tanpa harus menunggu terlalu lama. 

Sebelumnya saya belum pernah masuk Rumah sakit dengan kasus besar seperti ini, apalagi harus menjalani operasi. Benar-benar belum terbayang rasanya. Malam sebelum operasi tidur saya tidak nyenyak, campur aduk rasanya. Karena malamnya minum obat cuci perut sebelum puasa 6 jam, jadi dari malam hari saya sudah tidak boleh makan.

Di hari Jumat, saya masih belum tahu jam berapa saya akan di operasi. Karena saya mendapat urutan ke-3. Dijadwalkan kira-kira jam 1 siang akan dipanggil ke ruang operasi. Sambil harap-harap cemas, haus, dan lapar, sampai jam 2 saya belum dipanggil juga. Akhirnya pukul 14:30 tiba lah saatnya suster memanggil saya untuk memasuki ruang operasi. Saya yang tadinya masih tertawa-tawa, tiba-tiba langsung dingin ketakutan. Karena sebelumnya dokter mengatakan bahwa selama operasi hanya dilakukan bius lokal bukan bius total. Saya langsung terbayang rasa sakitnya disuntik di punggung kalau memang di bius lokal. 

Ketika memasuki ruang operasi, saya seperti hanya bisa bergantung kepada Tuhan. Karena keluarga hanya bisa mengantarkan sampai pintu masuk saja. Dengan berbekal doa, saya dihantarkan suster berjalan menuju ruang operasi 6. Ternyata ruangan operasi tidak semengerikan yang dibayangkan, tidak gelap seperti di film-film, dan tidak juga tegang. Bahkan ruangan operasi saya cenderung terang, ada sebuah TV dan CPU yang memutarkan lagu. 

Tidak lama menaiki tempat operasi, saya disuntik dan tiba-tiba lenyap tidak ingat apa-apa. Kemudian tiba-tiba ada yang membangunkan saya "Mbak.. Bangun Mbak, udah selesai ya.." Alhamdulillah ternyata saya dibius total. Saya keluar ruang operasi pada pukul 17:30 dengan ada rasa nyeri di bagian perut bawah. Tentunya saya bertanya-tanya "Apa yang dilakukan Dokter pada saya?"

Persis setelah operasi, keluarga saya langsung diberi laporan seperti print-an foto dan penjelasan tindakan saat operasi. Dan ternyata ada semacam daging yang melekat di indung telur saya yang kemudian diambil untuk diperiksa.


Ternyata dari hasil penjelasan Dokter Malvin setelah operasi, penyumbatan saya hanya terjadi di ujung tuba dekat indung telur. Sementara tangkai tuba saya sendiri masih bagus tidak infeksi, jadi Dokter Malvin memutuskan untuk tidak mengangkat tuba kanan saya (syukur Alhamdulillah ya Allah T_T). Tapi penyumbatan di ujung tuba dibuka dan dikeluarkan isinya (berupa cairan dan daging di atas) 

Bekas operasi saya pun hanya berupa 4 titik di perut yang diperban. Salah satunya pusar saya. 


Setelah operasi saya merasa lebih lega, dan sangat bersyukur telah melewati proses ini. Segalanya seperti sangat dimudahkan. Kini saya kembali semangat untuk berjuang. Saya rasa tidak ada yang tidak mungkin kalau kita mempercayainya. 

For all TTC fighters out there, you're not alone! :)


Bali

Bali for The 1st Time!

08.47

Bangkok ✓

Singapore ✓
Bali ✗

Zonk!


Hari gini belum pernah ke Bali?? Yes that's me.. Of all my 25 years, it was my 1st time to Bali.. :D



Mei 2011



Bulan Mei adalah ulang tahun salah satu sahabat saya. Dengan modus merayakan ulang tahunnya, direncakanlah trip ke Bali bersama partner masing-masing. It was 25 my age (Vicky Prasetyo mode: on), jadi untuk bisa pergi bareng partner kita musti sedikit tricky.. :D


Day 1


Karena geng ke Bali kali ini berjumlah 4 orang, kami memutuskan untuk sewa mobil dan menyetir sendiri. Kebetulan partner saya pernah tinggal di Bali, jadi masih ada lah memory jalanan-jalanan di Bali beserta shortcut nya. Dari referensi teman di Bali, ada beberapa tempat sewa mobil yang murah. Cukup hubungi via SMS (beberapa hari sebelum berangkat) untuk janjian, and voila... Mobil nanti akan diantarkan langsung ke Airport sesampainya kita di Bali. 

Beberapa rental yang lumayan murah:
Nyoman - 0813 38732704
Wayan - 0812 3954987 

So far sih belum perlu mengandalkan Google Maps untuk berjalan-jalan di Bali. Kami menginap di Nyima Inn Jl. Bidadari, tepatnya dari perempatan Sunset Point (yang ada BK dan Foodhall) belok kanan. Sengaja pilih di daerah yang tidak terlalu ramai, tapi juga tetap dekat ke Seminyak atau Kerobokan. 


Nyima Inn


Setelah check in, hal pertama yang kami lakukan adalah cari makan siang! Maklum traveling hemat menggunakan budget airlines kan perlu menahan lapar dan haus selama 2 jam perjalanan. Buat saya yang first timer sih diajak makan dimana saja hayok, secara gatau mana-mana. Pilihan tempat makan pertama di Bali ternyata Warung Murah di kisaran Seminyak yang murahnya gak semurah warteg di Jakarta pastinya.




Buat turis baru seperti saya, tempat yang paling bikin penasaran dari Bali tidak lain dan tidak bukan adalah.... KUTA! Sore itu kami ber4 nongkrong sambil minum-minum lucu di Pantai Kuta sampai sunset tiba. 




Malam itu adalah malam ulang tahun sahabat saya. We get crazy all nite then saya lupak kami makan malam dimana. Yang pasti setengah hari di Bali kami cukup wasted.. ;p

Day 2


Tujuan pertama di hari kedua di Bali adalah pantai Jimbaran. Sebenarnya sih ke jimbaran paling enak sore hari, sambil menikmati sunset sambil makan seafood. Pantai di Jimbaran sendiri biasa aja tidak terlalu bagus, tapi lumayan lah buat main-main air sambil makan jagung bakar sambil nunggu gelap.. :p



Potato Head kala itu sedang jadi tempat baru yang paling heits di Bali. Anak Jakarta kalau ke Bali, pasti ke Potato Head. Karena judul tempatnya aja 'Potato Head Beach Club', malam itu kami kesana memang benar-benar untuk menikmati suasana club pinggir pantai sambil mimik-mimik cantik. Karena gak berniat makan di sana, sebelum ke Potato Head isi perut dulu di Goodies dareah Double Six. 

Dinner ala Italia di Goodies

Potato Head Beach

Walaupun cuma minum cantik Potato Head, yang penting udah SAH kami jadi anak hipster di Bali. :p


Day 3


Hari terakhir di Bali, kami bangun lebih awal dan langsung cuuss menuju another 'tempat baru' di Bali. Karma Kandara katanya adalah private beach paling keren saat itu. Bermodalkan Google Maps, sampai lah kami nyelusup-nyelusup di daerah Uluwatu. Karma Kandara sendiri sebenarnya nama resort dimana yang nginep di sana bisa menikmati private beach, untuk pengunjung di luar tamu resort dikenakan biaya Rp. 250.000/orang untuk bisa masuk di Karma atau Namos Beach Club. Sahabat saya dan temannya kebetulan sudah duluan di Karma.

Sempat mikir-mikir buat nyusul masuk karena lumayan menguras kocek juga ya. :p Okelah daripada penasaran, cek-cek lokasi dulu ke dalam untuk liat seperti apa sih dalamnya sampai harus bayar mahal? Ternyata the beauty is worth the price.  

Infinite Beauty!

Sempat hampir gak jadi masuk karena entrance fee yang lumayan, tapi jiwa petualang kami berkata lain. Di sebelah pintu masuk ke Karma, terdapat jalan setapak bertangga-tangga yang arahnya sepertinya menuju ke bawah. Karena penasaran banyak bule-bule membawa papan surfing yang datang dan pergi dari sana, kami pun mengikuti jejak mereka. Ternyata menelusuri jalan setapak itu harus melewati hutan-hutan dan medan yang curam. Makin bingung tapi juga tetap penasaran karena bule-bule ini pada mau kemana. Sempat hampir mau balik lagi ke atas, tapi kok udah setengah jalan. Tiba-tiba di jalanan hutan yang berliku, sedikit demi sedikit mulai terlihat adanya penampakan pantai dengan batu karang yang indah. Woow.. Ternyata bule-bule itu pada ke sini! 


Kebetulan mental rada-rada bolang sedikit, saya melihat ke sebelah kanan pantai di balik perbatasan karang-karang, kok seperti ada keramaian juga di sebelah. Penasaran juga, apa salahnya liat-liat toh cuma ke sebelah. Memang tempatnya bukan untuk disusuri pesisirnya, karena untuk bisa ke pantai sebelah harus melewati medan-medan karang yang lumayan sulit di sebrangi. Buat yang pake sendal jepit, sangat rawan kepleset.



Ternyata di balik tumpukan batu karang ada keindahan yang lebih luar biasa! Woow.. Banyak bule-bule berjemur dan terdengan dentuman musik asik. Dan lebih 'Woow'-nya lagi, tiba-tiba loh kok loh eh.. Kok ada sahabat saya di sini? Loh eh.. Jadi ini.. Loh ini.. Karma Beach nih? Wooww.. Mejiiik!! Berarti saya berhasil masuk Karma tanpa harus membayar 250rb?! Sahabat saya sungguh surprise dan bingung luar biasa, kami pun bingung. Gak berniat menyusup masuk tapi kok eh rejeki amat nyampe juga ke Karma. 

Jadi ternyata dengan membayar Rp 250.000/orang itu, kita bisa masuk Karma Beach dengan naik lift (gak perlu menyusuri hutan nan curam :p) dan dapat satu gazebo beserta paket 1 pizza dan 2 drinks.





















Dan itulah hikmah dari perjalanan ini sodara-sodara, ada kebahagiaan di balik perjuangan.. :p

Coffee

Boleh typo asal di Typology!

03.39



Walaupun Pasar Santa lagi happening dengan kopi-kopi lucunya, tapi bukan berarti Coffee Shop gak lagi happening.
Gak jauh dari Pasar Santa, di jalan wijaya, ada lagi tempat nongkrong baru nan lucu namanya Typology. Di sini tempatnya mereka-mereka yang mau makan, minum, atau pun cuma duduk sambil bekerja.


Dominasi interiornya yang berwarnakan hijau bikin mata jadi fresh banget! Plus tempat ini juga belum terlalu rame, jadi cocok deh buat mereka yang mau bekerja sambil bertapa. :p






Kopi yang saya coba adalah Butterschotch Latte. Butterschotch sendiri adalah perasa yang mirip-mirip Caramel, namun lebih strong dan tidak terlalu manis. Jadi menurut saya combinasi Butterschotch Latte ini khas banget rasanya di lidah. Enak!! For starter, saya pilih Cambria Nachos karena sedang tidak terlalu lapar. Nachosnya dikombinasikan dengan saus carbonara dan melted cheese, menurut saya sausnya sangat pas. 



















Untuk hidangan yang manis-manis, Gisha Banana Pancake jadi pilihan saya. Pancake dengan topping pisang dan vanila ice cream diatasanya, dengan diklilingin lautan caramel di sekitarnya. Nyuuumm.. So tasty!















Buat yang mau meramaikan Typology, cukup datang ke Jl. Wijaya 1 no.5c, posisinya dekat dengan lampu merah perempatan Wolter Mongonsidi dan Tendean. Musti jeli kalau belum pernah ke sini, posisinya yang dekat lampu merah, kadang suka bikin kelewatan! 

Friends

My 1st Singapore Trip

10.03

Siapa sangka sebagai 1st jobber yang gajinya pas-pasan pada saat itu dalam setahun saya bisa ke luar negri 2x! Tapi di kali kedua ini saya tidak lagi traveling abroad sendirian dan sudah lebih berhati-hati dalam melakukan booking tiket. Yaa.. Walaupun ada salah seorang teman yang melakukan kesalahan booking juga, tapi at least akhirnya kami ber-8 bisa berangkat bareng-bareng juga!



30 September 2010



Penerbangan kami direncakan berangkat sekitar jam 22:00 WIB. Sekitar jam 16:00 ada SMS masuk dari Tiger Air yang menyatakan bahwa flight kami di hari tersebut di CANCEL! WTF.. Langsung panik sepanik-paniknya, coba konfirmasi ke Tiger Air tapi pada tahun tersebut Tiger belum punya representatif di Indonesia, jadi satu-satunya call centre yang bisa dihubungi adalah nomor Singapura! Sementara kami kebingungan notifikasinya cuma dalam bentuk SMS yang datang hanya beberapa jam sebelum keberangkatan. Ya Tuhaann... Gak bisakah saya pergi ke luar negri dengan jalan yang muluuusss... Karena menurut info penerbangan kami di cancel namun tetap bisa dialihkan ke flight lain yaitu Value Air, tapi siapa cepat dia dapat. In the end kami gak berhasil di transfer flight ke Value karena sudah keburu full. Di Soetta pun Tiger gak punya representatif office yang proper, jadi satu-satunya cara kita bisa komplen dan minta uang kami kembali hanyalah dengan terbang ke Singapur dan datang ke Tiger Air pusat! Dan karena tiket Universal Studio udah booked buat esok harinya, jadi bagaimana pun kami cari cara untuk tetap berangkat malam itu juga. Ketika itu penerbangan yang masih available dan affordable adalah Mandala, untuk go show kami dikenakan sekitar Rp. 600.000 one way. Pretty cheap, but still unpredictable spending for us as a first jobber. :p


Tiba di Singapur larut malam, seperti rencana kami akan dijemput oleh @dianhippy teman kami yang stay di Singapur. Pertama sampai Changi antara lega akhirnya berhasil sampai di Sing dan norak karena pertama kali liat airport keren. :p






Seperti rencana, selama di Singapur kami akan stay di tempat @dianhippy yang sudah sekitar 2 tahun mengabdi pada maskapai Singapura. Karena sudah larut malam, kendaraan dari airport hanya Taxi. Sehingga antrian taxi dari airport cukup mengular. Karena kami serombongan, maklum lah ya kalau sedikit rempong waktu naik taxi, karena harus pisah 2 taxi. Tapi ternyata orang Singapur benar-benar disiplin. Kami sampai diteriaki oleh supir taxi karena saking lama tunggu-tungguan buat naik taxi. "You wastin ma taim aa.." Kata uncle supir taxi dengan Singlish-nya. Karena si uncle supir taxi udah terlanjur BeTek, jadilah nyetirnya brutal. Untungnya lokasi apartment tidak terlalu jauh dari airport, kalau naik MRT mungkin hanya sekitar 5 station which is bayarnya gak sampai $10. Tapi karena naik taxi dan udah tengah malam, dikenakan overnight charge 50%. Jadi total taxi dari Changi ke Kembangan sekitar $21 (rate SGD pada tahun itu sekitar 7500).

Untuk yang pas-pasan sebelum naik taxi sebaiknya cek dulu fare-nya di sini: http://gothere.sg

Sampai lah kami di apartment atau ternyata lebih cocok disebut condominium! Karena ternyata apartment Dian bisa dibilang mewah untuk ukuran orang Indonesia yang tinggal di sana. Walaupun satu apartment di isi oleh 3 orang (2 diantaranya adalah teman kami). Apartment Dian terdiri dari 3 kamar dan 2 kamar mandi. Dan seluruh ruangannya dilapisi lantai Parker! (maap norak :p) Heloconia Condo memiliki fasilitas kolam renang dan fitnes tersendiri. Kami sangat-sangat beruntung bisa merasakan tidur umpel-umpelan di condo mewah GRATIS! :p



01 Oktober 2010


Yang paling menyenangkan dari stay di rumah teman selain gak keluar biaya hotel, juga hemat biaya makan! :p 

Kebanyakan hotel budget di Singapur tidak menawarkan breakfast gratis, ada yang harus menambah biaya ataupun tidak terdapat fasilitas breakfast sekalipun. Jadi betapa senangnya kami ketika bangun si baik Dian sudah sibuk di dapur menyiapkan sarapan buat kami. Tentunya dengan basa basi kami juga turut membantu. :p 

Jadwal kami di hari pertama di Singapur ini adalah langsung ke Universal Studio Sentosa! Rencana kami berangkat pukul 09:00, tapi yang namanya pergi serombongan pasti lah ada ngaret akibat tunggu-tungguan. 

Jarak dari Kembangan ke Sentosa Island lumayan jauh, kurang lebih dari ujung ke ujung. Untuk sampai ke Sentosa Island, dari Kembangan station perlu 1x transit hingga pemberhentian di MRT terakhir yaitu Vivo City. Dari Vivo City lantai paling atas, perlu membayar $4 untuk memasuki Sentosa Island via monorail, atau $1 jika masuk Sentosa via boardwalk alias jalan kaki. Universal Studio terletak di Waterfront station, tidak jauh dari station Vivo City.

Turun monorail kami langsung histeria! Karena bola dunia bertuliskan Universal Studio langsung keliatan. Dan pastinya jadi spot foto-foto andalan para turis. 



Sengaja kami ke Universal Studio di hari pertama kami sampai, karena hari Jumat belum tidak termasuk harga weekend jadi lebih murah! :D

Karena Universal Studio pada saat itu termasuk belum lama buka di Singapur, jadi pengunjung juga masih ramai walaupun bukan weekend. Wahana pertama yang kami coba adalah Shrek 3D, yang antriannya juga cukup panjang. But it's worth the wait! Keren banget wahana simulasi 3D ini bikin nagih! 

Wahana paling seru lainnya adalah The Mummy, konon di Universal Studio aslinya di Orlando sana, adalah wahana paling sereeeemm!! Pertama masuk wahananya we're clueless, wahana macam apakah ini?? Pas sudah sampai antrian terdepan baru keliatan deh tuh ada track rollercoaster, tapi tetep dark sama sekali gak terlihat tracknya setinggi dan mengerikan apa. Mulai lah kami naik, rollercoaster yang tadinya maju tiba-tiba mundur dan seakan menabrak dinding!! Dari situ perjalanan rollercoaster The Mummy dimulai. Entah apa yang terjadi saking cepatnya yang saya ingat kami akhirnya keluar wahana dengan perasaan  amazed campur takut campur pengen lagi! Jadi lah kami naik untuk kedua kalinya, kali ini duduk di baris depan. 

Di pintu keluar wahana The Mummy terdapat foto-foto ekspressi kita sewaktu menaiki wahana. Untuk menebus foto perlu membayar sekitar $15. Karena cukup mahal, kami tidak menebus fotonya. Dan baru sekarang kami menyesal. -,-"







Naah.. Kalau wahana yang basah-basahan seperti Arung Jeram, Universal Studio punya Jurassic Park.

Pada saat itu belum banyak wahana yang sudah buka di Universal Studio, jadi bisa dihitung jari wahana yang kami coba. 

Sore hari selesai main di Universal Studio, dengan bermodalkan guide teman sendiri, kami diajak main Luge di Siloso Beach, satu station dari Universal Studio. Untuk naik Luge sendiri perlu naik cable car/sky train tapi bentuknya hanya seperti kursi taman yang berelantungan. Tentunya cukup menyeramkan ketika berada di atas karena tidak menggunakan pengamanan apa pun hanya sebuah pegangan besi saja. Naik skytrain menuju atas bukit lalu meluncur turun dengan Luge yang modelnya seperti Go Kart tanpa mesin. 





Sudah capek seharian di Sentosa, sebagian dari kami cari makan di area Clarck Quay. Konon yang paling terkenal di Clarck Quay adalah Hooters. Kalau di America sana restoran ini terkenal dengan pramusajinya yang berdada besar. :p Jadilah bikin teman kami yang cowok penasaran. Dan menu andalan di Hooters adalah Sweet and Sour Chicken Wing. Oiya dilarang keras memoto Hooters apalagi pramusajinya.



Malam kedua kami di Singapur di akhiri dengan makan di Hooters dan menikmati Clark Quay Riverside.





02 Oktober 2010


Sudah sampai di Singapur, tentunya gak melewatkan untuk belanja di IKEA. Dari lokasi apartment Dian, IKEA terdekat adalah IKEA daerah Tampines. Untuk sampai ke IKEA jika dengan kendaraan umum harus naik MRT sampai Tampines, lalu nyambung lagi dengan bus shuttle gratis khusus untuk ke IKEA. Karena tidak terlalu jauh dan kami pun serombongan, naik taxi rasanya lebih efisien. Dengan ongkos per orang yang hampir sama seperti naik MRT tapi lebih cepat sampai.

Karena pertama kalinya ke IKEA jadi lah kami sedikit kalap keluar dari IKEA dengan tentengan yang entah gimana bawa pulangnya nanti. 




Dengan bawaan sebanyak itu gak mungkin lah kami dari IKEA langsung lanjut jalan-jalan lagi. Mau gak mau kami harus naik taxi lagi kembali ke apartment untuk taruh barang-barang.

Sorenya kami menuju tempat yang wajib banget dikunjungi kalau ke Singapur yaitu apalagi kalau bukan Orchad Road! 

Muter-muter di Ion Orchad, ujung-ujungnya sih yang dibeli cuma sendal dan sepatu Rubi. :p Setelah makan di food court Ion, tentunya yang paling wajib juga adalah beli Es Krim Orchad seharga $1. 


Karena malam masih panjang tenaga masih banyak, perjalanan kami lanjutkan ke Mustafa Centre. Sebuah supermarket yang buka 24 jam. Biasanya orang Indonesia kalau ke Singapur wajib kesini juga utamanya sih buat beli oleh-oleh. Tapi buat saya gak banyak yang bisa dibeli di sini, paling cuma body spray Impulse dan sekotak coklat buat oleh-oleh. Sisanya hanya menunggu yang lain belanja. 




Selesai belanja sudah lewat jam 1 malam, beruntung lah kami karena salah seorang teman punya kerabat di Singapur walhasil kami pulang gak perlu naik taxi (yang mahal karena overnight charge) tapi diantar pulang naik mobil! Yess.. 


03 Oktober 2010

Hari ketiga di Singapur ini sebagian teman kami dijadwalkan pulang duluan. Sementara sebagian dari kami sibuk mengurusi masalah flight mereka yang (lagi-lagi) di cancel, saya menikmati stay di Heliconia apartment dengan bersepeda di sekitar. Heliconia sendiri terletak tidak jauh dari stasiun MRT Kembangan. 






Bersepeda di kisaran komplek (syaelaah emang rumah kita komplek :p) sangat menyenangkan! Jalanannya yang bersih, sepi, dan tanpa polusi bikin betah. 











Ke Singapur juga belum sah kalau belum ke Merlion! Jadilah saya menyusul teman yang lain yang setelah beres urus-urus tiket yang cancel di budget airport Changi langsung menuju Merlion. 










Daan.. Kira-kira disitu lah keseruan perjalanan kami berakhir. Karena setelah dari ke Merlion, setengah dari kelompok kami harus berpisah untuk pulang duluan.



The good thing about traveling with your friend is...... that you will know who they really are.. Both in a good and a bad way.. So it's better be traveled with your real friend.. ;)



Popular Posts

Like us on Facebook

Flickr Images